Habitat perkotaan dihadapkan dengan masalah kemacetan karena hutan dan ruang pedesaan terus diburu akibat populasi yang terus miningkat. Hal ini telah menjadi tantangan tersendiri dalam desain arsitektur perkotaan di seluruh dunia. Selain masalah kepadatan berlebih, masalah penciptaan lingkungan hidup yang lebih baik di kota-kota juga signifikan. Menengok ke belakang, urbanisasi telah membuat kita menyimpang jauh dari alam hingga sekarang kita mencoba kembali ke alam dengan berbagai cara.
Di kota-kota baru seperti Saigon atau Ho Chi Minh, Vietnam, distrik Tan Binh merupakan area pemukiman padat penduduk. Distrik ini dikelilingi oleh rumah-rumah petak khas Vietnam yang saling beradu tinggi dan dibangun untuk mengisi lahan di semua sisi untuk ruang fungsional yang maksimal. Jalanan yang bising oleh klakson sepeda motor menjadikannya area sibuk dengan polusi suara ekstrim. Merancang tempat tinggal di tengah hiruk pikuk seperti ini menjadi PR yang sangat menantang bagi para arsitek.
‘House for Trees’, dirancang oleh arsitek Vo Trong Nghia, seorang ahli yang terkenal karena menggunakan material lokal Asia.
Penghargaan arsitektur global mereka dikenal dengan penggunaan material lokal di Vietnam seperti rumput dan bambu. Dalam masterpiece terbaru Vo Trong Nghia, mereka memilih untuk memadankan beton dengan bambu. Namun, bambu tidak digunakan secara terang-terangan untuk permukaan eksterior, lantai, atau dinding seperti pada desain arsitektur lokal lainnya. Sebaliknya, mereka menggunakan pola bambu dimana garis vertikal dapat terlihat jelas.
Material lokal dipilih untuk mengurangi beban logistik dan jejak karbon yang membahayakan bumi. Arsitek memilih beton sebagai material utama yang dipasangkan dengan teknik konstruksi unik. Kekhasannya berasal dari bekisting bambu. Permukaan eksterior terbuat dari bambo horizontal yang dipasang dari bawah sampai ke atas bangunan. Bambu yang tidak rata penyebab sambungan tidak seimbang diatasi dengan sambungan adu manis (miter joints). Bekisting pola bambu menghasilkan nuansa tumpang tindih dari garis bambu di permukaan dengan bayangan menakjubkan di dinding yang berasal dari sinar matahari pada lengkungan bangunan. Terlebih lagi, permukaan yang tidak rata dapat meredakan panas saat bayangan tercetak di exterior bangunan.
Selain konsep luar biasa dari beton mentah yang mengekspos permukaan kayu spesial, rooftop rumah ini dirancang sebagai kebun hijau untuk tanaman perenial yang dapat mengurangi panas yang akan memasuki rumah. Kotak tanaman pohon setinggi 1,20 meter dipasang untuk tanaman perenial dan dilapisi dengan material tahan air untuk mencegah kebocoran. Secara keseluruhan, rumah ini menonjol sebagai kotak beton dengan permukaan bergelombang dan rooftop hijau untuk mendinginkan rumah pada hari yang terik. Arsitektur ini dipenuhi dengan bayangan dari sinar matahari tropis di Vietnam.
Bambu tumbuh subur dan biasa ditemukan di sebagian besar wilayah Asia. Dari desain ini, kami menemukan bahwa material lokal yang mungkin telah diabaikan dapat diatur untuk diselaraskan dengan desain modern. Hal ini menjadi solusi untuk rumah kontemporer tanpa harus mengikuti konsep-konsep barat yang konteksnya berbeda dari timur.
Gambar:
www.archdaily.com
www.votrongnghia.com
Bagikan: