Lewati ke konten utama

Apa Itu K3 Konstruksi? Kenali Arti, Peran, dan Penerapannya dalam Proyek Pembangunan

K3 konstruksi perlu direncanakan dan disusun oleh jasa konstruksi. Penyusunannya harus dilakukan dengan benar. Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan di dunia kerja. Perencanaan ini dilakukan sebelum pengerjaan konstruksi. Jika tanpa adanya perencanaan tersebut, pembangunan yang dilakukan bisa dinilai tidak sehat. Bahkan, ini bisa menyebabkan masalah di mata hukum.

Sadar jika perannya sangat penting, sudah semestinya jasa konstruksi perlu membuatnya. Kemudian, menerapkannya sesuai rencana. Lantas, bagaimana cara menyusun dan menerapkannya? Berikut ini ulasannya!

Arti dari K3 Konstruksi

Arti K3 konstruksi adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam bidang konstruksi bangunan. Perannya sangat besar dan penerapannya secara tepat menjadi sebuah keharusan. Diketahui bahwa pekerjaan di bidang konstruksi memiliki risiko kerja yang tinggi. 

Pasalnya, pekerjaan ini melibatkan aktivitas yang sangat berat mulai dari pembangunan rumah, penggalian, pengaspalan jalan, bahkan yang paling berisiko adalah konstruksi gedung bertingkat dengan lantai melebihi 20 lantai, dan juga jembatan. Risiko minimal yang bisa terjadi tubuh terkena alat kerja martil, palu, hingga resiko terbesar adalah jatuh dari ketinggian yang bisa mengakibatkan luka berat hingga kematian. 

Risiko kecelakaan yang tinggi harusnya disikapi dengan benar. Seseorang perlu memiliki pedoman K3 (Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan) agar risiko tersebut tidak terjadi. Pemerintah sendiri pun sudah mengaturnya dalam perundang-undangan. Ini harusnya dipatuhi supaya tidak terjadi kecelakaan kerja yang memilukan.

Penggunaan alat proyek jadi salah satu penerapan K3 Konstruksi. Gambar: Shutterstock/@mihalec

Ketika pemilik jasa tidak membuat serta menerapkan pedoman keselamatan kerja, jasa konstruksi ini bisa terjerat hukum. Karena tidak mengindahkan keselamatan para pekerjanya. Tuntutan hukum hingga pencabutan izin dari bisnisnya bisa dilakukan. Tentunya, ini bisa merugikan diri sendiri.

Sadar akan risikonya, sudah semestinya pemilik jasa perlu membuatnya. Untuk membuat dan menerapkannya, ini perlu dilakukan dengan mengidentifikasi potensi bahayanya terlebih dahulu. Setelah itu, barulah rencana pengendalian dilakukan. Kemudian, penerapannya harus dipantau untuk melihat keberhasilan metode yang dibuat.

Baca Juga: 14 Tukang Bangunan dalam Proyek Konstruksi: Kenali Jenis dan Tips Memilihnya!

Peran K3 Konstruksi

Peran dari K3 konstruksi ini sangat besar dalam dunia konstruksi. Secara umum, perannya sebagai berikut:

  • Menjadi pedoman utama ketika memantau kesehatan dan keselamatan pekerja
  • Membantu dalam memberikan saran/masukan yang berhubungan dengan perencanaan, tatanan lingkungan kerja koordinasi dan proses pelaksanaannya
  • Menjadi pedoman ketika melakukan pengamatan terhadap bahaya atau risiko dari pekerjaan di lokasi kerja
  • Menjadi bahan informasi, edukasi dan pelatihan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan
  • Menjadi pedoman untuk penilaian tentang efektivitas Tindakan dan program dari penanggulangan bahaya
  • Menjadi pedoman utama dalam mengatasi berbagai risiko melalui program, metode dan prosedur yang tepat guna

Penerapan K3 Konstruksi dan Proyek Pembangunan

pekerja konstruksi menggunakan alat keselamatan sebelum bekerja. Gambar: Shutterstock/@Bannafarsai_Stock

Terdapat sejumlah tahapan dalam menerapkan K3 konstruksi. Di antara tahapannya sebagai berikut: 

1. Identifikasi

Untuk penerapannya, ini diawali dengan mengidentifikasi potensi bahaya. Identifikasi ini akan memberikan gambaran terkait potensi bahaya yang berhubungan dengan aktivitas pembangunan. Hal-hal yang berkaitan dengan bahaya akan dipetakan sebelumnya. Pemetaan ini didasarkan pada area hingga bidang kerja dari setiap pekerja.

Adanya gambaran ini memungkinkan seseorang bisa mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan mengetahuinya, para pekerja pun bisa bekerja dengan lebih nyaman dan aman. Jika hendak memetakannya, jasa konstruksi perlu mengetahui sejumlah informasi di lapangan. Ini bisa dilakukan dengan mengecek ke lokasi yang akan dibangun sebuah bangunan.

Misalnya melihat seperti apa kontur tanahnya hingga letaknya. Semuanya diperlukan untuk memberikan penjelasan terkait kemungkinan risiko bahaya saat pekerja menjalankan pekerjaannya di lokasi proyek.

Baca Juga: Makna Warna Helm yang Dipakai Pekerja Konstruksi Bangunan

2. Evaluasi

Setelah mengidentifikasinya, informasi akan diperoleh. Informasi tersebut akan dievaluasi dengan seksama. Di sini, potensi bahaya dalam lingkungan kerja akan dibagi. Yakni, membaginya ke dalam beberapa tingkat bahayanya. Sederhananya, seseorang bisa menentukan skala prioritas dengan peringkat bahaya tersebut. Dengan begitu, beberapa tindakan yang tepat dapat dilakukan untuk meminimalkannya.

Biasanya, jasa konstruksi memiliki pengalaman dalam menangani sejumlah proyek bangunan. Tentunya, jasa ini juga mengetahui jenis bahaya yang bisa terjadi. Makanya, jasa ini dapat menentukan tingkatan risiko dari pengerjaan awal sampai akhir. 

Ilustrasi Evaluasi penerapan K3 Konstruksi. Gambar: Shutterstock/@Gorodenkoff

3. Pengembangan Berbagai Strategi K3 Konstruksi

Tahapan selanjutnya adalah menentukan strategi yang tepat untuk mencegah potensi bahaya di lingkungan kerja proyek. Strategi ini diambil dari data yang sudah diperoleh. Diketahui sebelumnya jika seseorang telah memahami dan menentukan potensi bahayanya sesuai tingkatannya. Melalui data tersebut, seseorang mulai melakukan penyusunan dan pengembangan strategi.

Buahnya, konsep keselamatan kerja yang dibuat akan tepat. Ketika diterapkan, risiko yang dikhawatir terjadi pun bisa dicegah dengan maksimal. Artinya, jasa konstruksi telah berhasil ketika diberikan tanggung jawab untuk mengerjakan proyek bangunan.

Baca Juga: Jenis dan Fungsi APD Pekerja Proyek Konstruksi Demi Keselamatan Kerja

4. Penerapan Strategi K3 Konstruksi

Tahapan setelahnya adalah melakukan penyusunan rencana kerja. Kemudian, menerapkan berbagai bentuk pengendalian dari risiko kecelakaan sebagaimana yang telah dirumuskan. Ini bisa dimulai dengan melengkapi pekerja dengan alat pelindung saat bekerja. Tentunya, pemanfaatan alat pelindung tersebut digunakan sejak awal hingga akhir. Contohnya melengkapi pekerja dengan pelindung kepala atau pun menggunakan pelindung mata dan lain sebagainya.

Selama para pekerja mengikuti pedoman keselamatan, risiko kecelakaan saat bekerja dapat dihindari. Dan inilah yang diharapkan oleh seluruh pihak dalam pengerjaan proyek bangunan.

5. Monitoring

Sembari menerapkan K3 konstruksi secara tepat, perencana juga perlu melakukan pemantauan. Monitoring dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari Tindakan pencegahan tersebut. Ketika dinilai butuh penambahan, perencana akan memberikan arahan yang tepat. Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dari setiap pekerja proyek.

Sembari memperhatikan keselamatan kerja, konstruksi bangunan juga perlu dipikirkan tentang ketahanan dan kekuatannya. Jika Anda hendak melakukan pengecoran dengan tingkat kesolidan tinggi, beton ready mix dari SCG atau JAYAMIX by SCG Beton Normal layak untuk dipertimbangkan.

Demikianlah ulasan mengenai peran serta penerapan dari K3 konstruksi dalam proyek bangunan. Rencanakan dan terapkan dengan benar untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Bagikan: